Ketika engkau telah dewasa,
tuk sekedar mengusap rambut
ijukmu itu saja aku malu.
Dulu telah berlalu.
Hanya sungkan yang mendaratkan
jari ini menyentuh pundakmu.
Aku geram ketika pertemuanku denganmu hanya berupa
pandangan yang dalam.
Berusaha menyelam, menerobos tebing-tebing sorot mata berhias kedewasaan.
Teramat lemah diriku.
Namun, ku tak lanjut menyerah.
Aku adalah bagian dari aliran darahmu, begitu yakin aku pun mengenalmu.
Kini, tak cukup hanya sederet detik untuk begitu faham menghadapmu.
Butuh
beberapa rentang waktu di antara keberpisahan kita.
Ketika engkau telah dewasa.
Akankah aku lupa kau yang manja?